Sang Raja Hari, yang pagi itu masih menjadi pangeran, mengintip dengan malu2 dari ufuk timur. Menyeruak keluar bagai kepala bayi yang baru lahir dari rahim ibunda bumi. Menebarkan cahaya emasnya di cakrawala segar berembun itu, dingin masih menyelimuti dada pagi itu.
Perlahan, dengan malu-malu, cahayanya mulai berani menerobos dedaunan kering lebat yang masih menggantung menanti hembusan angin untuk menggugurkannya dalam kepedihan musim gugur yang kering...
Titik-titik embun mulai menggumpal halus, memberi kesegaran baru pada daun-daun kering itu. Hembusan angin barat yang lembab menyempurnakan semuanya... Dedaunan kering itu pun gugurlah...
Namun...
Ia membawa titik-titik air kehidupan bagi akarnya.
Dedaunan kering meranggas, tunas muda yang hijau nan segar pun tumbuhlah...
Sang pangeran mulai merangkak naik ke singgasana siangnya untuk bertahta sebagai Raja Hari... Energinya yang keras terik terasa membakar, namun membawa kehidupan bagi tunas-tunas muda itu...
Saturday, March 6, 2010
Subscribe to:
Posts (Atom)